Ayam Ketawa atau dalam bahasa Bugis disebut MANU GAGA yang artinya ayam yang tergagap-gagap. Ayam ini berasal dari Kabupaten Kawasan Sidrap, sekitar 183 kilometer arah Utara dari Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.
Ayam itu tersebar di kampung Baranti, Panca Rijang, benteng, Simpo Arasi’e dan sekitarnya yang dipelihara dalam lingkungan keluarga, Ayam Ketawa atau Ayam Gagak. Daerah tersebut merupakan kampung tua bekas pusat Kerajaan Bugis.
Merangkum dari sumber salah satu Tokoh Masyarakat Sidrap, bernama Andi Tamrin Husein asal Kamung Raang Kecamatan anca Rijeng, Beliau menguraikan, ayam ini kalau di tengok kebelakang terutama dari segi sejarahnya, pada mulanya menjadi kelangenan para Bangsawan termasuk juga Raja [“Kata Andi], dan ini merupakan symbol status social, sehingga masyarakat jarang memeliharanya karena ada perasaan segan dan hormat pada Rajanya , sehingga perkembangan Ayam ketawa di waktu itu masih sangat terbatas.
Di zaman sekarang seiring dengan informasi yang sudah terbuka dan meningkatnya jumlah penghobi, sudah tidak demikian, bahkan dalam perkembangannya ayam ketawa popular serta sangat lebar dan berkembang.
Pertumbuhan dan meningkatnya jumlah penggemar, juga di lirik oleh para kolektor ayam, sehingga mereka pada memburunya sebagai salah satu hewan kelangenan, bahkan tak luput juga di bisniskan dengan metode modern seperti di lombakan untuk di cari yang berkualitas akan suaranya..
Ayam Ketawa memiliki ciri dari suara yang sangat unik kalau berkokok, pada ujung suara kokoknya seperti orang ketawa KHU KHU KHA KHA KHA KHA KHA KHA KHA KHA ……Dstnya itu secara pisik ayam tersebut sama dengan ayam biasa. Kokok Ayam Sidrap ini ada beberapa macam yang berinterval cepat disebut Geratek atau pop, dengan interval lamban disebut gaga slow dan yang mendayu-dayu disebut Dodo/Slow.
Dilihat dari warna baku Ayam Ketawa, yang digemari oleh masyarakat Bugis diantaranya
- Bakka : Ayam yang warna dasar Putih mengkilap dihiasi warna dasar hitam, oranye, merah dan kaki hitam atau putih.
- Bori Tase’ : Ayam warna dasar bulu merah dihiasi bintik bintik kuning keemasan.
- Ceppaga : Ayam warna dasar hitam dihiasi bulu hitam dan putih, ditambah betuk putih dibadan sampai pangkal leher dan kaki hitam.
- Ijo Buata : Ayam warna dasar hijau dihiasi merah, diselingi warna hitam disayap, kaki warna kuning.
- Kooro : Ayam Warna dasar hitam dihiasi hijau atau putih dan kuning mengkilab dan kaki kuning atau hitam.
- Lappung : Ayam warna dasar bulu hitam dengan merah hati dengan merah hati, dan mata putih.
Pantauan, perkembangan ayam ketawa di rasa dalam perkembangan juga masih “lamban”, melihat situasi seperti ini, kiranya perlu ada upaya secara khusus tentang pembudidayaan agar kelestarian ayam tersebut dapat berkembang dan terjaga dari kepunahan.
Kalau di lihat dari sisi ekomonis, ternak ayam ini tampaknya semakin menjanjikan, apalagi nilai ekonomisnya sangat oke. Dengan perkembangan yang demikian, tak keliru bila kita warga Indonesia, juga perlu menjaga, sebab ini termasuk bernilai tinggi serta mengandung sejarah, bukan hanya itu saja, bangga dan bersyukur atas keaneka ragaman kekayaan Nusantara ini juga patut di renungkan, agar pelestarian ayam ketawa ini terhindar dari kepunahan, setidaknya bisa di minimalisirkan. (majalahburungpas.com)