Ayam Ketawa adalah salah satu unggas yang ada di Indonesia dan hampir punah dengan kata lain tinggal legenda saja. “Ayam Ketawa” dalam bahasa Bugis disebut Manu “Gaga”. Karena terbatasnya masyarakat yang memelihara Ayam Ketawa, menyebabkan terbatasnya penyebaran Ayam Ketawa di tengah-tengah masyarakat dan tidak sepopuler seperti ayam kampung lainnya.
Ayam Ketawa bisa kita jumpai di Kabupaten Sidrap dan sekitarnya arah (Provinsi Sulawesi Selatan), merupakan habitat aslinya. Di daerah habitat aslinya (Sidrap), terutama di Kecamatan Baranti dan sekitarnya, Ayam Ketawa atau Manu “Gaga” telah dipelihara oleh masyarakat secara turun temurun dari generasi ke generasi. Dahulunya Ayam Ketawa hanya dipelihara dan berkembang biak di lingkungan Kraton Bugis terutama kalangan Bangsawan Bugis yang merupakan symbol status sosial.
Seiring dengan perkembangan zaman dan sejalan dengan kebijaksanaan yang telah ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Sidrap, lama kelamaan Ayam Ketawa tersebar dan mulai banyak dipelihara oleh semua lapisan masyarakat di Sidrap dan sekitarnya bahkan lambat tapi pasti telah menyebar ke seluruh Wilayah Indonesia walaupun dalam jumlah yang terbatas. Pembudidayaan Ayam Ketawa kini telah pula merambah ke Jawa Tengah, seperti di kota Semarang, Kudus, Madiun, Blitar dan lainnya
Suara Ayam Ketawa memang memiliki keunikan tersendiri saat berkokok, dimana saat berkokok Ayam Ketawa mengeluarkan suara seperti orang ketawa dan seterusnya dengan interval suara cepat disebut “Garetek” dan dengan interval suara lambat disebut “Gaga” serta suara mendayu-dayu disebut “Dodo”. Selain memiliki suara yang unik, Ayam Ketawa juga mempunyai warna bulu yang menarik dan di dukung oleh bentuk tubuh yang enak di pandang mata.
0 komentar:
Posting Komentar